Seorang bocah berusia 11 tahun kembali menjadi saksi kekejaman pasukan pembantai yang melakukan aksinya di Kota Houla, Suriah. Dalam peristiwa yang dikecam dunia internasional tersebut, Ali el-Sayed, nama bocah itu harus kehilangan keluarganya bahkan melihat peristiwa pembantaian itu di depan matanya.
Menurut Ali dia tidak bisa berbuat banyak saat pelaku penembakan yang diduga sebagai pasukan Pemerintah Suriah, memasuki rumahnya. Para pelaku penembakan itu melepaskan tembakan ke arah anggota keluarganya. Beruntung, Ali dapat berpikir cepat dan langsung menjatuhkan diri ke lantai serta memenuhi tubuhnya dengan darah saudaranya demi mengelabui pasukan tersebut dan berpura-pura mati.
"Saya gunakan darah saudara Saya ke tubuh dan bertingkah seperti sudah tewas," ujar Ali kepada seorang reporter AP, Kamis (31/5).
Menurut Ali saat yang paling berat dalam penyamarannya adalah ketika dia harus menguatkan dirinya agar tidak gugup bahkan saat para pelaku penembakan membunuh orangtua dan keempat saudaranya, satu per satu. Ali merekam jelas gambaran pasukan tersebut, dia menyebutkan pelaku memiliki janggut yang panjang dan kepala botak. Korban termuda yang tewas dalam keluarga Ali adalah adiknya Nader yang masih berusia 6 tahun. Tubuh kecilnya dipenuhi dua lubang peluru, salah satunya di kepala dan bagian punggung.
Diperkirakan 104 orang tewas dalam peristiwa pembantaian di Houla, Ali adalah salah satu dari sedikit korban yang selamat itu. Pembantaian ini memicu protes dari dunia internasional. Beberapa negara Barat sudah mengusir duta besar Suriah yang berada di negara mereka, sebagai bentuk protes mereka kepada Suriah.
Semakin lama kasih sudah semakin dingin, nyawa seakan tidak berarti hanya demi kepentingan kelompok atau sebuah golongan saja. Sudah saatnya hukum kembali ditegakkan agar kedamaian kembali tercipta di dunia ini.
Baca juga :
Sosialisasi e-KTP di Biak Libatkan Masjid dan Gereja
Tak Beri Diskon, Pedagang Strawberry Tewas Dibom
Penyakit Aneh Tak Buat Sain Kehilangan Harapan
Sumber : okezone/vina cahyonoputri